Halaman

Rabu, 16 November 2011

II. D. BAROAR MENINGGALKAN KERAJAAN SUTAN PULUNGAN

Diceritakan kembali Oleh H. Muhammad Djafar Nasution, BA

Umur Baroar sekarang sudah berkisar 7 tahun. Dia suka bergaul dengan teman-teman sebayanya. Dia pandai bermain apa saja. Dalam bermain dia selalu menunjukkan keunggulannya, keramahannya dan kesopanannya sehingga semua orang senang kepadanya. Kepada teman sebaya dia penuh keakraban, kepada yang lebih tua dia hormat dan kepada yang muda dia sayang.
Hampir setiap hari dia selalu kelihatan bermain-main dengan teman sebayanya. Tidak jarang juga dia bermain dengan anak Sutan Pulungan yang umurnya sebaya dengan dia dan kebetulan mirip pula dengan dia. Sehingga wajarlah orang sering salah sangka, menganggap Baroar adalah anak Sutan Pulungan. Raut mukanya hampir sama, demikian juga besar dan bentuk tubuhnya. Sehingga orang berlaku hormat kepada Baroar karena menganggap dia anak Raja.
Hal ini menimbulkan efek yang kurang baik, karena pihak Istana tidak merasa senang kalau rakyat mengganggap Baroar adalah anak Raja. Timbul sikap yang kurang baik dari pihak Istana, bahkan ada yang ingin agar Baroar dibuang atau dibunuh saja. Sutan Pulungan demikian juga, akhirnya kurang senang mendengar Baroar dianggap anak Raja.
Secara rahasia ada gagasan dari pihak Istana untuk membunuh Baroar. Mereka mencari cara yang tepat dan mudah dipertanggung-jawabkan. Sehingga muncul gagasan untuk membangun Balai Desa (Sopo Godang) yang baru. Menurut tradisi dalam membangun suatu bangunan yang besar, baik Istana, jembatan maupun Balai Desa ada anggapan masyarakat harus menyediakan korban berupa kepala manusia, kepala kerbau, kepala lembu atau kepala hewan besar lainnya. Hanya dengan adanya korban, bangunan itu punya tuah, kesaktian atau semangat.
Dengan menyediakan korban berupa kepala manusia, diharapkan tuah, kesaktian dan semangat yang lebih besar akan diperoleh. Lalu secara rahasia timbul gagasan dari Istana untuk menjadikan Baroar menjadi korban dalam pembangunan Balai Desa dimaksud. Hal ini dijalankan dengan cukup rahasia sehingga rakyat tidak ada yang mengetahuinya. Direncanakan penyediaan lobang besar untuk tempat berdiri tiang besar dan ketika tiang itu dimasukkan kedalam lobang, terlebih dahulu ditolakkan Baroar kedalamnya, kemudian ditimpakan dengan tiang selanjutnya ditimbun dengan tanah.
Dengan demikian, diharapkan selesailah riwayat Baroar yang sering membuat rakyat salah duga sehingga sering memuliakan Baroar.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Rakyat sudah berkumpul hendak menyaksikan dan turut ambil bagian dalam pembangunan Balai Desa Kerajaan, tanpa sedkitpun mengetahui maksud terselubung dari Pihak Istana. Petugas yang ditentukan sudah mencari Baroar agar ikut serta untuk menyaksikan acara mendirikan tiang utama yang menjadi acara pokok pembangunan. Lokasi pembangunan sudah penuh sesak oleh pengunjung.
Sebentar lagi acara mendirikan tiang akan dimulai. Raja yang dijemput sudah hadir. Para tukang yang ditentukan sudah siap sedia. Baroar sudah nampak dekat lobang tempat mendirikan tiang besar, sehingga Baroar tidak perlu dicari-cari lagi.
Waktu mendirikan tiang besar sudah tiba. Dengan tidak diketahui rakyat, petugas menolakkan Baroar ke dalam lobang, kemudian dengan segera ditimpakan dengan tiang besar selanjutnya ditimbun dengan tanah.
Acara utama sudah selesai, para petugas dan petugas Istana sudah merasa puas, karena maksud utama sudah berjalan. Baroar sudah mati, diperlakukan sebagai korban untuk memperoleh kesaktian dan semangat dari Balai Desa yang didirikan.
Para hadirin telah bubar, rakyat satu per satu pulang kerumah masing-masing. Sutan Pulungan istirahat di Istana sambil menunggu santap siang. Waktu untuk santap siang hampir tiba tetapi anak yang disayangi yang selalu duduk disamping beliau belum juga datang. Sutan Pulungan mulai was-was, dalam hatinya mulai berkata jangan-jangan anak saya pula tadi yang ditolakkan petugas masuk kelobang. Setelah ditunggu, lima menit, sepuluh menit, lima belas menit belum juga datang. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu, diperintahnya seorang pengawal mencari anaknya. Lalu ada yang berfikir, agar keadaan ini disampaikan kepada Saua. Kalau Baroar masih ada, sebaiknya diungsikan saja, karena kalau memang benar anak raja tidak ada lagi, pasti Baroar juga akan ditangkap oleh Raja dan tentu juga akan dibunuh.
Saua ditemui di rumahnya. Kebetulan Baroar juga sedang berada di rumah. Saua diberitahu perihal kejadian di Istana dan dianjurkan agar segera mengungsikan Baroar, kalau masih ingin jiwa Baroar selamat.
Demikian Baroar keluar dari Kerajaan Sutan Pulungan, pergi entah kemana untuk mengadu nasib peruntungan, mencari tempat hidup baru dan cara hidup baru. Dari kejadian ini ditemukanlah kesaktian berikutnya, karena ternyata bukan Baroar yang ditolakkan oleh petugas ke dalam lobang, melainkan adalah anak Sutan Pulungan sendiri.

1 komentar: