Halaman

Kamis, 20 Oktober 2011

II. A. Pertemuan Baginda Raja Pagar Ruyung dengan Seorang Gadis di Hutan.

Diceritakan kembali Oleh H. Muhammad Djafar Nasution, BA

Demikianlah pada suatu ketika, berkunjunglah Raja Pagar Ruyung dari Sumatera Barat beserta pengiringnya berupa pengawal kerajaan, penari kerajaan, pendekar / pesilat dan pemain judi ke Kerajaan Sutan Pulungan di Daerah Penyabungan Mandailing. Bermacam-macam acara sudah dilaksanakan untuk menjalin persahabatan antara kedua kerajaan tersebut dengan memakan waktu sekitar 2 minggu.
Dalam perjalanan pulang dari Mandailing ke Pagar Ruyung, menjelang sebatang sungai ditengah-tengah semak belukar rombongan Baginda melihat dari kejauhan seorang gadis cantik sedang memetik sekuntum bunga. Salah seorang anggota rombongan memberitahukan hal ini kepada Baginda Raja. Mendengar hal ini Baginda Raja memerintahkan seluruh rombongan untuk berhenti dan menyuruh pengawalnya untuk memanggil gadis tersebut dengan menggunakan kata-kata yang cukup sopan dan lembut. Tidak berapa lama Gadis tersebut dibawa oleh Pengawal untuk menghadap Baginda Raja. Salah seorang menteri diminta untuk membujuk anak gadis itu agar ikut serta dengan rombongan ke Pagar Ruyung dan segera setelah sampai di Pagar Ruyung akan kawin secara resmi dengan Baginda. Anak gadis itu menjawab, bahwa ia bersedia menjadi isteri Raja dengan satu syarat yakni Baginda dan semua anggota rombongan berjanji untuk tidak mengatakan bahwa si Gadis adalah keturunan Jin (Begu) sampai kapanpun. Baginda Raja dan semua anggota rombongan menyatakan kesediaannya, sehingga dengan demikian si Gadis bersedia ikut bersama rombongan ke Pagar Ruyung dan akhirnya kawin dengan Baginda, menjadi Isteri kedua dari Baginda. Pasangan inilah yang kelak akan menjadi ayah dan ibu si Baroar (Sutan Diaru) asal dari Marga Nasution.

II. SI BAROAR ( SUTAN DIARU )


Diceritakan kembali Oleh H. Muhammad Djafar Nasution, BA
 
Uraian mengenai si Baroar (Sutan Diaru) ini dibagi atas :
  1. Pertemuan Baginda Raja Pagar Ruyung dengan Gadis di Hutan.
  2. Kelahiran si Baroar.
  3. Baroar dalam Asuhan Sauna.
  4. Baroar meninggalkan Kerajaan Sutan Pulungan.

Nasution Padang Garugur - Penyabungan - Pendahuluan

Diceritakan kembali Oleh H. Muhammad Djafar Nasution, BA.

Adanya pendapat yang mengatakan bahwa seseorang yang baik atau terhormat dari segi keturunan tentu mempunyai silsilah yang jelas, hal ini menyebabkan penulis berusaha untuk menelusuri kembali silsilah penulis sendiri mulai dari asal Nasution (si Baroar) di Mandailing sampai di kampung asal penulis yaitu Desa Hasahatan Jae Kecamatan Barumun Kabupaten Tapanuli Selatan.
Usaha ke arah ini banyak dilakukan penulis pada saat-saat penulis baru lulus Ujian Persamaan SGA (Sekolah Guru ‘A’ ) di Pematang Siantar pada tahun 1954, tahun-tahun permulaan sesudah menjadi guru SGB (Sekolah Guru “B”) di Sibuhuan yakni sekitar tahun 1956 s/d 1958. Penulis banyak memperoleh informasi dari Kali Mauli Hasahatan Jae, Lobe Akub di Siolip, Kali Mauli Pasar Sibuhuan, Zainal Nasution Handis (bekas kepala SD Negeri Siborong-borong Siolip) dan juga seseorang yang penulis sudah lupa namanya di Mondang Sosa sewaktu penulis berkunjung ke Mondang pada tahun 1957.
Data tertulis banyak diperoleh dari Lobe Akup Siolip dan Kali Mauli Hasahatan Jae, namun demikian masih kurang kejelasannya karena mereka memperolehnya dari cerita lisan secara estafet. Dari Zainal Nasution Handis dan Kali Mauli Pasar Sibuhuan yang bekas kerani kebun itu banyak penulis peroleh informasi secara lisan namun demikian tidak  kurang pentingnya menurut penulis.
Kumpulan informasi itu disusun sedemikian rupa untuk menjadi bahan penelitian, terutama kepada turunan Nasution baik di Barumun, Dalu-dalu, Pasir Pangarayan, Mandailing, Sipirok, Kualu dan lain-lain.
Tulisan ringkas ini dibagi atas :
I.              Pendahuluan.
II.            Baroar ( Sutan Diaru )
III.           Nasution Padang Garugur.
IV.          Penutup.