Demikianlah pada suatu ketika, berkunjunglah Raja Pagar Ruyung dari Sumatera Barat beserta pengiringnya berupa pengawal kerajaan, penari kerajaan, pendekar / pesilat dan pemain judi ke Kerajaan Sutan Pulungan di Daerah Penyabungan Mandailing. Bermacam-macam acara sudah dilaksanakan untuk menjalin persahabatan antara kedua kerajaan tersebut dengan memakan waktu sekitar 2 minggu.
Dalam perjalanan pulang dari Mandailing ke Pagar Ruyung, menjelang sebatang sungai ditengah-tengah semak belukar rombongan Baginda melihat dari kejauhan seorang gadis cantik sedang memetik sekuntum bunga. Salah seorang anggota rombongan memberitahukan hal ini kepada Baginda Raja. Mendengar hal ini Baginda Raja memerintahkan seluruh rombongan untuk berhenti dan menyuruh pengawalnya untuk memanggil gadis tersebut dengan menggunakan kata-kata yang cukup sopan dan lembut. Tidak berapa lama Gadis tersebut dibawa oleh Pengawal untuk menghadap Baginda Raja. Salah seorang menteri diminta untuk membujuk anak gadis itu agar ikut serta dengan rombongan ke Pagar Ruyung dan segera setelah sampai di Pagar Ruyung akan kawin secara resmi dengan Baginda. Anak gadis itu menjawab, bahwa ia bersedia menjadi isteri Raja dengan satu syarat yakni Baginda dan semua anggota rombongan berjanji untuk tidak mengatakan bahwa si Gadis adalah keturunan Jin (Begu) sampai kapanpun. Baginda Raja dan semua anggota rombongan menyatakan kesediaannya, sehingga dengan demikian si Gadis bersedia ikut bersama rombongan ke Pagar Ruyung dan akhirnya kawin dengan Baginda, menjadi Isteri kedua dari Baginda. Pasangan inilah yang kelak akan menjadi ayah dan ibu si Baroar (Sutan Diaru) asal dari Marga Nasution.